Ibadah puasa mengajarkan kepada kita, bagaimana tidak
enaknya hidup dalam keadaan kelaparan dan kehausan. Itulah yang dirasakan setiap hari oleh saudara-saudara kita kaum
dhuafa. Mereka yang tinggal dikolong jembatan, di gubuk-gubuk
liar pinggir rel kereta, dibantaran sungai
yang semua itu rawan dari penggusuran, merasakan lapar dan ketidak
pastian hidup setiap hari. Sedang kita
yang berpuasa hanya menahan lapar dan haus sekitar 13 sampai 14 jam sehari, setelah maghrib
datang dibolehkan makan dan minum sepuasnya.
Kalau puasa kita
laksanakan di bulan Ramadhan, paling
lama kita menahan lapar dan haus hanya 30 hari.
Berbeda dengan kaum dhuafa, sepaanjang tahun adalah bulan puasa.
Setiap hari adalah saat yang memilukan dalam belitan lapar dan
haus. Nah puasa mendidik kita untuk
berimpati terhadap kesusahan orang lain.
Bukan sekedar ikut merasakan, tetapi ikut berimpati. Impati adalah dorongan hati untuk mengulurkan tangan, membantu sesama yang dalam kubangan kesusahan
atau dalam himpitan hidup.
Rasulullah saw. Mengecam dengan keras orang yang tidur
nyenyak dengan perut kenyang, sementara
tetangga atau saudaranya menahan perih karena lapar.
No comments:
Post a Comment