Saturday, November 30, 2013

Ciliwung tahap II


Foto ini lokasinya di teras belakang museum Fatahilah Kota Tua Jakarta Utara, saat  ekspedisi Ciliwung tahap kedua. Cewek yang ngasih aku uang itu namanya Shifa (panggilan) siswi  kelas X, kenapa aku pilih dia dalam sandiwara ini, kebetulan ia posisinya dekat dengan  aku duduk dan menurutku Shifa salah satu dari sekian banyak siswa alfalah yang istimewa, cantik, keibuan, pintar, baik dan tidak neko-neko, pokoknya oke deh.  Dalam foto itu uang yang diberikan padaku tidak kelihatan, sebenarnya ia memberikan uang limaribu rupiah. Kadang  dalam suatu event  aku muncul ide aneh seperti ini, bukan cari sensasi atau caper, tetapi ingin lebih dekat dengan anak dan membangun agar mereka lebih percaya diri serta tidak ada gab yang menghalangi komunukasi siswa dan saya. Apa sebabnya aku tidak tahu sudah 3 kali kalau nggak salah saya mimpikan Shifa,  terakhir aku mimpi memandu Shifa dan kakaknya (Rizky) untuk melewati/melangkahi selokan yang lebarnya kurang dari satu meter,  Rizky saya pandu melangkah lebih dulu dan ia lancar.  Selanjutnya Shifa, "masyaAllah" sampai menangis ia tidak berani melangkah, aku berusaha terus, aku ingat ucapan saya yang terakhir dalam mimpi itu adalah "Astaqfirullah Shifa"................seketika mimpi putus dan aku bangun.........hahahahahaah.

Wednesday, November 13, 2013

Ekspedisi Sungai Ciliwung Jakarta.


Foto  ini aku bersama dua siswi  SMA  alfalah yang bernama Fina (kerudung) dan Obin (rambut panjang). kami bertiga  di jepret   kamera Abe (siswa kl 9),  di depan kelas saat sebelum berangkat ke ekspedisi sungai Ciliwung.  Apa alasan kami siswa- siswi  alfalah  mengadakan  ekspedisi Ciliwung ?  Menurut kami sungai  Ciliwung  sangat penting bagi kehidupan  masyarakat Jakarta, karena kalau ciliwung baik maka jakarta  bebas dari banjir dan dapat sebagai sumber semua kebutuhan air.  dengan demikian sangat perlu siswa  alfalah untuk mengetahui  apa saja sebenarnya yang salah dengan ciliwung.  Dalam benak saya terbayang  suatu saat nanti  ciliwung   seperti  sungai-sungai  yang membelah  kota besar di Eropa, bersih, indah, untuk pusat wisata dan transportasi dalam kota.  Tapi  itu baru bayangan, mudah-mudahan terwujud.

Selesai foto bertiga kami menuju truk ABRI  yang kami sewa untuk berangkat ke bagian hulu ciliwung, tepatnya kami menuju bendungan katulampa  Bogor.  kami mendapat penjelasan  tentang katulampa oleh petugas, dan yang paling menarik perhatian saya adalah kondisi air di Katulampa, ternyata PH air masih normal (6,5), warna air agak kehijauan, bau air agak apeg (bau tanah) dan rasa air agak sepet.  sampai di sekolah air katulampa kami teliti ternyata TDS air sekitas 400 ppm. Dari data itu air ciliwung di katulampa masih berkualitas bagus (bisa untuk bahan air minum bila disaring).

Dari katulampa kami melanjutkan perjalanan ke daerah yang lebih kearah hilir, yaitu ke Bojong Gede untuk mengamati  secara langsung kegiatan masyarakat desa Bojong Baru yang sangat menarik perhatian kami. Mengapa demikian ?  Di desa ini salah satu RW  yang berdomisili di pinggir sungai Ciliwung  (RW 12), melakukan  pengolahan sampah warganya menjadi kompos (cair dan padat)  dan pelet (pakan ikan). Bahan baku komposnya diambil dari sampah  rumah tangga dan dari sampah yang terbawa arus ciliwung. Menurutku  hal ini sangat luarbiasa, dan pantas untuk ditiru semua keluarga yang menghuni tepian sungai dimana saja,  mengapa ?  Karena  kegiatan ini dapat menyelamatkan semua sungai dari penyumbatan, sekaligus dapat mencegah banjir, melestarika ikan sungai dan menjaga kualitas air.